Friday 28 November 2014

Zippo's first day at Kindergarten


Fuh,akhirnya hari itu datang juga. Hari pertama Zippo bersekolah. Karena pertimbangan ini dan itu akhirnya diputuskan Zippo akan bersekolah di tempat Jul mengajar.Oya saat itu Zippo berusia 33 bulan alias hampir 3 tahun.

Hari ke-1 dan ke-2 Zippo sekolah tanpa tangisan,cuma nih bocah nempel terus kaya cicak. Hari ke-3 saya memutuskan untuk 'meninggalkan' Zipp d sekolah,karena kehadiran saya membuat mood anak lain yg mulai lepas dr ortunya jadi turun lagi. Alhasil jangan tanya betapa heboh drama perpisahannya, pada waktu pulang sekolah, Zippo tidak terlihat tampak di barisan. Ternyata semenjak ditinggal dia tidak berhenti menangis,hingga akhirnya dia tertidur di kelas saking tidak hentinya menangis.

Tangisan histeris tidak berhenti hingga hari ke-10. Stress luar biasa saudara-saudari, padahal saya orangnya raja tega. Tapi berhubung Zipp sudah pintar bicara, lolongan merajuknya jadi lebih pedih di hati, macam : 'mau sama mamiiii, Zipponya jangan ditinggaaallll'. Huaaaaaa..... sedihnyaaaa... tapi kali ini saya tidak bisa melihat ke belakang. Karena saya harus mulai membantu ayah meneruskan usahanya dalam hitungan hari. Bagian yang biasa dikerjakan oleh adik saya. Tapi berhubung dia akan segera melahirkan maka sudah waktunya saya turun gunung.

'Apakah ini keputusan tepat?',
'Apakah saya terlalu kejam?',
'Apakah Zippo perlu waktu lebih lama?',
'Bagaimana jika Zippo tetap menolak sekolah?'

1001 pertanyaan yang tidak dapat saya jawab. Hanya penjelasan psikolog sekolah yang cukup menenangkan 'ini biasa terjadi pada anak laki-laki,biasanya ini(separation anxiety) terjadi hingga hari ke 13,bila masih tidak ada perkembangan maka kita akan coba pakai pendekatan yang berbeda' dan para guru kelasnya yang  sigap menghadapi Zippo .

Dulu saya ingat sekali, waktu Play Group dan TK, selalu ada anak menangis ditinggal ayah ibunya, saya bicara dalam hati "Ih, kok cengeng sekali ya", berbanding terbalik dengan saya yang sedih kalau sudah dijemput. Tapi saya baru mengerti ternyata proses dan keadaan anak berbeda. Konon, anak yang menangis di hari pertama sekolah paling banyak adalah laki-laki. Gimana dengan Zippo?

And the magic really happened, di hari ke-13 Zippo mulai tidak menangis,walaupun masih minta gendong untuk masuk ke kelasnya.

Untuk teman-teman dekat saya tentu paham betapa saya ingin men'home-schooling' Zippo, betapa saya tidak percaya pada sistem sekolah. Bahwa kepintaran bersosialiasi bisa didapat tidak hanya dari teman sebaya saja. Dan ketakutan Zippo akan diajarkan 'calistung' terlalu dini.

Zippo sungguh beruntung karena sekolahnya mensupport pembelajaran  berdasarkan pribadi sang anak, tidak memaksa, tidak melabeli sang anak , melalui metoda bermain dan membekali dengan nilai agama.

Perkembangan yang sangat terlihat setelah bersekolah adalah Zippo jadi lebih 'berani' berhadapan dengan orang lain (sebelumnya bahkan bersalaman atau toss sekali pun dia tidak mau), berinisiatif menyapa dan mengajak berbicara siapapun orang yang ditemui , belajar berbagi dengan temannya, tapi juga belajar mempertahankan apa yang menjadi miliknya, jadi lebih mandiri daaannn makannya jadi banyaaakk dan apapun menunya. (untuk yang tidak tahu betapa berdarah2 memberi makan Zippo, sila klik: http://mamibex.blogspot.com/2013/09/makan-nak.html )

Oya pilihan bermainnya pun lebih banyak, Screen time terpangkas habis, karena sekarang dia lebih memilih corat-coret, membangun istana dengan blok, ataupun bermain kereta api.
Makin senang beraksi dengan bernyanyi dan menari.

Aaaahhhhhhhh I'm a proud Mommyyyyyy!!!!

Nah,

Pemilihan sekolah sebagai lingkungan luar memang penting, memang tidak ada sekolah yang sempurna, tapi minimalnya kita percaya pada kepala sekolah dan gurunya, Karena mereka yang akan menjadi penggan orang tua selagi mereka bersekolah.

Untuk cerita tentang sekolah Zippo akan saya post berikutnya yaaaaa!!!